Rabu, 20 April 2011

Akusala Cetasika 14

Akusala Cetasika 14

Dalam keseharian kita tidak terlepas dari berbagai macam kondisi, salah satunya yaitu berhubungan dengan pihak lain, atau lebih tepatnya dengan mahluk lain. Disaat kita berinteraksi dengan pihak lain maka akan muncul kondisi atau keadaan yang akan membawa kita kedalam situasi pikiran yang bermacam – macam dan menimbulkan kesan yang bermacam – macam pula, sesuai dengan keadaan yang terjadi. Baik itu berupa kesan yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan, apabila menyenangkan kita akan merasa bahagia dan sebaliknya apabila tidak menyenangkan maka kita akan segera menolak kondisi yang terjadi. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa ada dua macam pikiran seperti tersebut diatas yaitu pikiran yang baik dan pikiran yang tidak baik yang akan dibahas pada saat ini adalah yang tidak baik.

Apabila dalam diri seseorang timbul pikiran yang tidak baik pada saat orang tersebut merasakan atau mengalalmi  ketidaknyamanan, maka dalam pikiran yang tidak baik itu terdapat bentuk – bentuk batin yang tidak baik pula, bentuk batin yang tidak baik dan menyertai pikiran yang tidak baik inilah yang disebut dengan Akusala cetasika, dan dalam Akusala cetasika ini terdapat pembagian sebanyak empat belas macam cetasika, oleh karena itu Akusala cetasika ini disebut dengan Akusala cetasika 14, yang mana dari keempat belas jenis ini dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu :

Ø  Mocatuka Cetasika 4

Mocatuka cetasika berarti bentuk-bentuk batin dan moha cetasika menjadi pemimpin.

Mocatuka cetasika terdiri atas empat jenis yaitu :

14.         Moha bukan berarti bodoh atau tidak pintar, moha merupakan lawan dari paῆῆā sehingga akan memiliki arti sebagai tidak memiliki kebijaksanaan. Jadi moha terdapat juga pada batin orang yang pandai.

Cirinya adalah kebutaan batin atau tanpa pengetahuan, fungsinya adalah tanpa penembusan, atau menutupi keadaan obyek yang sebenarnya, manifestasinya adalah kebutaan batin sebab yang terdekat adalah perhatian pada hal yang tidak baik.

Secara umum moha adalah ketidak-tahuan akan sesuatu sebagai benar atau salah, secara khusus moha adalah ketidak-tahuan yang menghalangi batin akan segala sesuatu sebagaimana adanya yaitu bersifat tidak kekal, tidak memuaskan, dan tanpa jiwa yang kekal. 

Ada dua jenis moha, yang pertama Anusaya moha yaitu moha yang secara laten ada dalam batin seseorang. Moha inilah yang menutupi batin manusia duniawi sehingga tidak mampu melihat segala sesuatu apa adanya, karena tertutupi maka batin manusia duniawi tidak mampu menembus tiga ciri umum, hukum kamma dan akibatnya, empat kebenaran mulia, hukum sebab musabab yang saling bergantungan.

Yang kedua adalah pariyuṭṭhāna moha yaitu moha yang muncul dan menutupi batin seseorang sehingga tidak mampu mengetahui baik sebagai baik dan buruk sebagai buruk.      

Contoh : seseorang yang memiliki kemampuan untuk membuat sebuah program komputer itu berarti ada kepintaran didalam dirinya akan tetapi karena kesenangannya untuk membuat heboh maka yang dibuat bukanlah program komputer yang akan bermanfaat bagi orang banyak melainkan virus komputer yang akan membuat orang lain susah.





15.         Ahirika berarti tidak merasa malu , yaitu tidak mempunyai rasa malu untuk berbuat jahat.

 Cirinya adalah tidak merasa jijik (ajigucchana) dan tidak merasa malu (alajjā) pada perbuatan jahat  dan hal buruk lainnya.

Perbuatan jahat yang dilakukan oleh seseorang jelas akan mengakibatkan hal yang tidak baik pula bagi pelakunya, perbuatan jahat diibaratkan dengan kotoran dan ahirika diibaratkan seperti babi, dari sini dapat dilihat bahwa seekor babi tidak merasa  jijik dengan kotoran bahkan seekor babi menyukai untuk berada dekat dengan kotoran-kotoran, oleh karena itu seseorang yang memiliki rasa malu, takut untuk berbuat jahat karena sebelum mereka melakukan suatu perbuatan yang tidak baik mereka sudah mengetahui dampak dari apa yang akan dilakukan dan sebaliknya seseorang yang tidak takut pada perbuatan jahat maka akan merasa biasa saja atau merasa tidak bersalah atas perbuatan jahatnya.

Contoh : seorang pencuri tahu akibat akan perbuatannya bila ketahuan akan di habisi oleh massa yang melihatnya dan bila tertangkap pastilah di penjara.



16.         Anottappa berarti tidak ada takut dan nekat, yaitu tidak mempunyai rasa takut kan akibat dari perbuatan jahat yang dilakukan, sedangkan nekat berati berani unuk berbuat kejahatan.

Cirinya adalah tidak takut pada akibat perbutan jahat, dan tidak gentar pada akbat perbuatan jahat.

Contoh : seorang calon ibu membunuh calon anak yang ada dalam kandungannya dengan melakukan aborsi hanya karena terpikir bahwa dia tidak sanggup untuk membiaya kehidupan anaknya kelak.

Anottappa ada empat jenis :

1.       Attānuvāda  bhaya (bahaya disalahkan diri sendiri)

Seseorang diliputi rasa bersalah akan kehilangan rasa hormat pada dirinya, dan tidak mampu menghargai dirinya dengan baik yang kemudian hal ini menjadi beban pikiran. Dia selalu dibayangi pikiran buruk karena dirinya tidak seperti yang dibayangkan orang lain, orang lain menganggap dia baik tapi sanubarinya tahu bahwa dirinya tidak sperti itu.

2.       Parānuvāda bhaya (bahaya disalahkan orang lain)

Selama orang lain belum tahu apa yang telah diperbuat, maka mereka tidak akan menyatakan apa-apa namun apabila orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan, maka orang lain akan menyalahkan dirin ya, perasaan takut akan disalahkan orang lain akan menjadi beban pikirannya.

3.       Daṇḍa bhaya (bahaya hukuman)

Pelaku kejahatan akan selalu merasa takut akan hukuman yang dijatuhkan pada dirinya baik oleh masyarakat maupun pengadilan

4.       Dugati bhaya (bahaya terlahir dialam menyedihkan)           

Pelaku kejahatan akan selalu merasa takut pada saat menjelang ajal, karena mereka   takut telahir dineraka akibat perbuatan jahatnya, perasaan takut ini yang akan menjadi beban pikirannya.





17.         Uddhacca berarti kegelisahan atau kekacauan pikiran yaitu,  kegelisahan berkenaan dengan sebuah obyek.

Cirinya tidak tenang, fungsinya memposisikan batin selalu tidak tetap, manifestasinya adalah kebingungan dan sebabterdekatnya adalah perhtian pada hal yangtidak baik.

Contoh : karena tidak tercapai sebuah keinginan seperti ingin memiliki motor baru tetapi tidak terbeli selalu saja ada halangan dari uang yang terkumpul sehingga di setiap malam sebelum tidur terbayang-bayang bahwa sedang mengendarai motor dan dalam tidurnya selalu terbangun bahwa motor itu hilang.



Ø  Lotika Cetasika 3

Lotika Cetasika bentuk-bentuk batin dan lobha cetasika menjadi pemimpin, dan lotika cetasika terdiri atas tiga jenis yaitu :

18.         Lobha berarti kerinduan atau mendambakan diri sendiri atau melulu serakah yaitu keterikatan pikiran pada objek-objek.

Cirinya adalah mencengkeram objek bagaikan mengikat monyet, fungsinya adalah melekat bagaikan sepotong daging yang dimasukkan kedalam panci yang panas, manifestasinya tidak melepas bagaikan polesan minyak pada baju, sebab yang terdekat adalah melihat kesenangan pada segala hal yang membelenggu.

Lobha ada lima jenis :

1.       Pema (keterikan pada rasa sayang)

Pema berarti rasa sayang antara : suami istri, orang tua dengan anak-anaknya, saudara dan teman,  dimana rasa sayang ini menjadi belenggu (saṁyojana) yang mengikat satu dengan yang lainnya.

2.       Taṇhā (keterikatan pada kerinduan)

Taṇhā adalah nafsu keinginan atau kehausan yanng merindukan sesuatu (obyek) yang disenangi.

3.       Kāma (keterikatan pada kesenangan)

Ada lima jenis objek yaitu : wujud, suara, bau, rasa cicipan, dan sentuhan adalah objek kesenangan indra, biasa disebut kāmaguṇa (tali yang menyenangkan)

4.       Rāga (keterikatan pada hawa nafsu)

Diantara lima objek kesenangan indra, maka sentuhan terutama pada saat persetubuhan berlangsung merupakan yang paling kuat dan paling didambakan.

5.       Samudaya (asal mula dukkha)

Dalam klasifikasi empat kebenaran mulia, lobha (taṇhā) dikenal sebagai asal mula dukkha.



19.         Diṭṭhi berarti penglihatan atau pandangan dalam hal akusala cetasika maka yang menjadi diṭṭhi adalah micchādiṭṭhi yaitu penglihatan keliru atau melihat diri sendiri secara keliru, atau melulu memandang dengan keliru. Orang yang berpandangan keliru akan menanggap kekal terhadap sesuatu yang tidak kekal, yang tidak benar sebagai yang benar.

Cirinya adalah melekat pada yang buruk , fungsi adalah memegang (maksudnya melakukan pra-anggap), manifestasinya adalah melekat pada sesuatu yang keliru, sebab yang terdekatnya adalah enggan melihat para ariya dan hal yang baik-baik (maksudnya adalah ketidakmauan untuk mengunjungi para suciwan, karena mengunjungi para suciwan mengkondisikan untuk mendengarkan Dhamma yang mencegah bercokolnya pandangan keliru di dalam batin.)

Dalam pengertian umum pandangan keliru yang muncul dalam bentuk kekeliruan dalam memahami, yaitu menginterpretasikan sesuatu dalam cara yang bertentangan dengan kenyataan.  

20.      Māna berarti kesombongan. Orang yang memiliki  māna akan merenungkan nama dan rupa secara salah sehingga menjadi ‘aku’.

Cirinya adalah keangkuhan, fungsinya adalah mengagungkan diri sendiri, menifestasinya adalah kesombongan (arogan), sebab terdekatnya adalah keserakahan yang tidak bersekutu dengan  diṭṭhi (pandangan keliru)



Ø  Docatuka cetasika 4

Docatuka cetasika berarti bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh dosa cetasika, dan docatuka cetasika terdiri dari empat jenis yaitu :

21.      Dosa berarti kebencian yaitu membenci diri sendiri atau melulu penuh kebencian (pukulan yang berat dari pikiran terhadap objek)

Cirinya adalah keganasan bagikan bisa ular yang mematikan, fungsinya adalah membakar penopang dirinya bagaikan api didalam hutan, manifestasinya adalah bagaikan saingan yang mengambil kesempatan, sebab terdekatnya adalah kesempatan untuk marah.

Dosa ada dua jenis yaitu :

1.       Paṭigha (kemarahan, kedengkian, atau dendam)

2.       Byāpāda (kemauan jahat)

22.      Issa berarti iri hati bisa juga dikatakan kurang menghargai.

Cirinya tidak mempunyai perasaan lega terhadap keberuntungan orang lain, fungsinya adalah ketidaksenangan, manifestasinya adalah keberhasilan orang lain.



23.      Macchariya berarti kekikiran, egois, sikap mementingkan diri sendiri.

Cirinya menyembunyikan keberhasilan dirinya sendiri, fungsinya tidak toleran untuk berbagi dengan orang lain karena kekikirannya seseorang menjadi tidak dermawan, dan karena sikap mementingkan diri sendiri maka seseorang tidak mau menolong orang lain. Manifestasinya adalah wajah yang cemberut, sebab terdekatnya adalah keberhasilan diri sendiri.



24.      Kukkucca berarti kekhawatiran maksudnya adalah kekhawatiran terhadap perbuatan jahat yang telah dilakukan.

Cirinya penyesalan kemudian, fungsinya adalah meratapi apa-apa yang sudah dikerjakan dan yang belum dikerjakan, manifestasinya adalah penyesalan, sebab terdekatnya adalah hal yang sudah atau belum dikerjakan.

Seseorang akan merasa khawatir jika ia telah melakukan perbuatan tidak baik, atau ia telah melewatkan kesempatan untuk berbuat baik, atau ia belum selesai berbuat baik.



Kukkucca ada dua jenis yaitu :

1.       Kekhawatiran yang berkenaan dengan kelupaan, misalnya mau belajarr lupa membawa buku

2.       Kekhawatiran yang berkenaan dengan kejahatan, misalnay marah terhadap orang yang lebih tua

Ø  Thiduka Cetasika

Thiduka cetasika berarti bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh thīna cetasika, dan thīna cetasika terdiri dari dua jenis yaitu :

25.      Thīna berarti kemalasan, yaitu kemalsan dari pikiran, dapat juga dikatakan sebagai penyakit dari pikiran, orang yang memiliki sifat thīna ini akan menjadi malas untuk bermeditasi, melakukan puja bakti, dan hal baik lainnya.

Cirinya tanpa usaha, fungsinya meninggalkan semangat, manifestasinya adalah keadaan batin yang tenggelam .

26.      Middha berarti kelesuan, yaitu kelesuan dari tubuh yang merupakan keadaan tidak normal dari bentuk mental, bersama dengan kemalasan (thīna) secara berpasangan (thīnamiddha)merupakan salah satu penghalang dari lima rintangan (nivāraṇa)

Ø  Vicikicchā cetasika

Vicikicchā  cetasika berarti bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh vicikicchā cetasika, dan  vicikicchā cetasika terdiri dari satu jenis yaitu :

27.   Vicikicchā cetasika  berarti keraguan, yaitu kesulitan atau kelelahan untuk menentukan kondisi sesungguhnya, dengan kata lain ketidakmampuan untuk menegaskan bahwa “sudah seharusnya seperti ini”

Cirinya adalah keraguan, fungsinya adalah menggoyang (keyakinan), manifestasinya adalah tanpa kepastian, sebab terdekatnya adalah perhatian yang tidak baik,









































CONTOH I KASUS AKUSALA CETASIKA 14

JENDELA dan BURUNG
Pada pagi hari, dua orang saudara Beny dan Budiman yg tidur sekamar sama-sama terbangun, mereka sama-sama membuka jendela, Beny membuka satu sisi jendela yang  kiri, dan Budiman membuka satu sisi jendela yang kanan
 Beny, begitu membuka jendela dan melihat pemandangan indah, matahari terbit, langit cerah, burung2 berkicau, ia membatin:

 "Oh, alangkah senangnya, langit sangat indah, suara burung itu begitu merdu, aku sangat menikmati suasana pagi ini..."
 Budiman, sama juga, membuka jendela dan mendapati pemandangan yg sama, dan juga burung2 berkicau, ia membatin:
"Oh, alangkah indahnya pagi ini, langit cerah, dan burung2 sangat bergembira, mereka berkicau dengan bahagia,

oh senangnya melihat kebahagiaan burung2 itu..."
 Dapat dilihat kedua orang ini mengalami suasana yg sama, objek yg sama, sama2 mengalami kebahagiaan, tetapi dasar kebahagiaannya berbeda. Kalau perbedaan ini tidak terlalu penting, mari kita lihat kelanjutan ceritanya.
 Kemudian, seseorang diluar sana menembak burung-burung tersebut. Beberapa ekor mati. Sisanya berhamburan. Tidak ada lagi kicauan burung yg merdu.
 Beny membatin: "Sialan nih, orang itu kurang ajar juga, hilang deh kebahagiaan gua, suara burungnya gak ada lagi."
 Budiman membatin: "Aduh, kasihan burung2 tersebut..."
 Apa perbedaannya? Mari kita analisa.
~ Beny: ia menikmati kebahagiaan dengan memimbulkan faktor bathin Lobha (ketamakan), kemelekatan kepada objek. Sehingga ketika objek kemelekatannya itu dirampas, akan timbul faktor bathin Dosa (kebencian) terhadap subjek yg merampas kebahagiaannya tsb.

Ia menimbulkan dua kali minus: Menikmati atas dasar lobha (-) dan disusul oleh kemarahan (-)
 ~ Budiman: ia menikmati kebahagiaan dengan menimbulkan faktor bathin  Mudita (berbahagia atas kebahagiaan org lain). Sehingga ketika objek tersebut terputus, akan timbul faktor bathin Karuna (turut merasakan penderitaan objek lain).  Ia telah memupuk faktor bathinnya dengan dua kali positif: Mudita (+) dan Karuna (+)


 Objek sama, kondisi sama, waktu yg sama, kebahagiaan sama-sama timbul, tapi bathin berbeda. Karma yg dihasilkan berbeda.












































CONTOH II KASUS AKUSALA CETASIKA 14

CINTA BERUJUNG DUKA

Beny dan Wiwin sudah lama berpacaran dan sudah saling mengenal satu sama lain akan kelebihan maupun kekurangannya. Pada satu hari, Suwadi teman sekantor Wiwin ditugasi untuk membuat satu bahan presentasi oleh perusahaannya, namun harus melibatkan Wiwin sebagai nara sumber; sehingga tidaklah mengherankan bila Suwadi seringkali datang ke rumah Wiwin. Dengan demikian Beny sering kali bertemu Suwadi di rumah Wiwin.
Cermati beberapa situasi yang ada angkanya
Dengan seringnya Suwadi datang ke rumah Wiwin, hubungan mereka semakin dekat sehingga nampak seperti keluarga. Namun lama-kelamaan diam-diam (1) Beny cemburu terhadap Suwadi, jangan-jangan Suwadi ingin merebut kekasih pujaannya itu (2) Beny pun takut kehilangan Wiwin (3) dan akhirnya berupaya agar Wiwin menghindarkan diri dari pertemuan dengan Suwadi (4) Beny tidak ingin melihat Suwadi berbahagia bersama Wiwin (5)
Beny tidak ingin melihat Suwadi senang menikmati kecantikan, keramahan, kecerdasan bahkan kekayaan ataupun semua kualitas Wiwin baik batiniah maupun jasmaniah (6) Wiwin akhirnya berpikir, bahwa selama ini ia sangat bahagia bersama Beny (7) sehingga ia beranggapan bahwa Suwadi ingin merebut kebahagiaannya ( 8 ) Namun ia tidak dapat menghindar dari tugasnya sebagai nara sumber. Dengan berjalannya waktu, Suwadi dan Wiwin semakin dekat dan akhirnya putuslah hubungan Beny dan Wiwin.
(9) Suwadi sangat senang dan bangga akan 'kemenangan'-nya itu (10) Bahkan akhirnya meminta Wiwin untuk menghindari Beny dengan berpikiran agar Beny tidak merebut kembali kemenangannya (11) Beny yang 'dikalahkan' sempat merenung bahwa itu memang kondisi yang menyebabkannya. Namun kejadian itu masih mempengaruhi(12) Beny sehingga pikirannya masih tetap sulit berkonsentrasi atas pekerjaannya. (13) Ia sering melamun. Bila ada ajakan untuk belajar dan berdiskusi tentang kehidupan, (14) ia enggan dan bila terpaksa ikut, (15) ia lamban dalam menanggapi pembicaraan. (16) Pikirannya sering terpecah ke (17) objek-objek kesenangannya yang lampau yang (18) dipikirnya tidak masuk akal karena miliknya itu hilang.
Setelah sering berkonsultasi kepada seorang sahabatnya, psikolog dan psikiater, ia akhirnya menyesali (19) perbuatannya yang telah bodoh telah terlena di dalam keburukan mental di atas. Ia menyesali (20) mengapa ia tidak menyadari bahwa itu adalah buah kamma-nya. Ia menyesali (21) pula mengapa ia tidak bersimpati kepada Suwadi yang telah berhasil merebut kekasih hatinya. (22) Ia menjadi murung, sakit-sakitan dan akhirnya karena nafsu makannya makin berkurang terus, ia meninggal dunia.
Demikianlah sekelumit kisah hidup tiga manusia di dunia ini yang sering kita jumpai.


Analisa
setiap point cetasika dominan yang muncul pada tiap kemungkinan pikiran-pikiran tokoh cerita di atas.



































Analisa
(1)   issa              
(2)   macchariya   
(3)   macchariya   
(4)   dosa               
(5)   issa              
(6)   macchariya dan Issa   
(7)   lobha              
(8)   macchariya        
(9)   lobha              
(10)   mana              
(11)   macchariya

(12)   uddhacca

(13)   uddhacca

(14)   thina

(15)   middha

(16)   uddhacca

(17)   lobha tidak termasuk lobha sbg objek

(18)   ditthi

(19)   kukkucca

(20)   kukkucca

(21)   kukkucca

(22)   dosa







Penutup

apakah yang harus kita lakukan jika salah satu dari Akusala Cetasika 14 yang Muncul pada batin kita?

Sadari dan amati cetasika tersebut, renungkan, saat perenungan terjadi maka kebijakanaan akan muncul, dengan demikian berarti Sobhana Cetasika muncul, dan apabila dilakukan terus menerus maka batin kita akan terbiasa dengan Sobhana Cetasika sehingga akan semakin mengikis potensi munculnya Akusala Cetasika.











 

1 komentar: